Herdisaputra’s Blog

Just another WordPress.com weblog

POWER POINT PEMBELAJARAN

power point pembelajaran

7 Juli 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Telaah kurikulum

NAMA MATA KULIAH     : TELAAH KURIKULUM

TUJUAN :

•   Melakukan telaah kritis terhadap dokumen standar isi yang meliputi standar      kompetensi dan kompetensi dasar,  dan standar kompetensi lulusan.

•   Kajian terhadap implementasi standar isi dijaring melalui pengalaman guru.

•   Menyusun rekomendasi perbaikan dan penyempurnaan terhadap dokumen dan implemantasinya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

DISKIPSI MATA KULIAH            :

I. Telaah  Teoritis

1.1. Perkembangan Masyarakat dan Teknologi

1.2. Pengertian Kurikulum

1.3. Prinsip Pengembangan Kurikulum

1.4. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

II. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2.1.   Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

2.2.   kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

III. Temuan Telaah Kurikulum

3.1     Telaah Dokumen

3.2     Telaah  Lapangan

3.3     Pembahasan Kajian

DAFTAR PUSTAKA                      :

1. Nana Syaodih Sukmadinata; 2008; Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek.; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2. Oemar Hamalik; 2000;. Model-model Pengembangan Kurikulum.; Bandung: PPS UPI.

28 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

slide wisuda SANITRY


15 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

myself

myself

myself

15 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

reformasi kurikulum pendidikan

0003REFORMASI KURIKULUM PENDIDIKAN

Oleh: Herdi Saputra

Abstrak

Kata kunci: Reformasi, reformasi pendidikan, kurikulum

A. PENDAHULUAN

Krisis  yang dialami bangsa Indonesia baik ekonomi, politik dan keamanan belum juga dapat di atasi. Berbagai krisis tersebut di atas berdampak negatif terhadap dunia pendidikan dengan memunculkan keseimbangan baru pendidikan. Pada keseimbangan baru ini, pelayanan pendidikan tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara seperti biasa (bussines as ussual). Orientasi pelayanan pendidikan dengan menggunakan cara berfikir lama tidak dapat diterapkan dengan begitu saja, dan bahkan mungkin tidak dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pendidikan pada keseimbangan baru ini.

Diantara berbagai keberhasilan yang dicapai dari pembangunan pendidikan di negeri ini, ternyata masih menyisakan sejumlah kegagalan yang cukup fatal. Pertama gagal melahirkan manusia yang memiliki karakter kuat, gagal membangun manusia yang otonom, gagal membangun manusia yang benar-benar kompeten dibidangnya. Ringkasnya pendidikan kita kurang sukses dalam membentuk manusia yang mampu menguasai bidang keahlian sesuai keberbakatannya, dan membangun integritas keprbadiannya. Menyatunya pikiran, ucapan, tindakan dalam kepribadian manusia merupakan problem serius dalam pendidikan di Indonesia.

Data empiris yang dapat dipelejari justru menggambarkan situasi yang mencemaskan, yakni jumlah pengangguran terdidik menurut Susenas yang dikutip oleh Nugroho(2008) meningkat dari 673.628 (6,16 %) pada 2006, menjadi 740.206 atau 7,02 persen pada tahun 2007. Meskipun ini masih kalah besar dibandingkan dengan tahun 1999 yang mencapai 9,2 persen namun gejala ini mengindikasikan adanya hal yang kurang beres dalam dunia pendidikan kita.

Kenyataan ini membimbing pada suatu pemikiran yang kritis bahwa pertanyaan dasar mengapa pendidikan yang mahal, menghasilkan produk yang kurang bermutu. Sejatinya jika merujuk pada logika formal yang benar seharusnya orang yang mampu mencapai jenjang sarjana akan dapat masuk dunia kerja dan mendapat penghasilan yang layak. Tapi nyatanya menjadi sarjana justru potensial menjadi pengangguran. Isyu krusial lainnya adalah mengapa pendidikan yang mahal tidak mampu menghasilkan manusia yang handal yang sanggup membuka lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan  masyarakat? Atau sebaliknya bahwa untuk menghasilkan manusia yang berkualitas memang dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, dan tidak perlu mahal?

Dari fenomena-fenomena inilah kiranya perlu adanya reformasi pendidikan secara secara integratif, agar di era persaingan global  Indonesia dapat sejajar dengan Negara-negara maju dibidang pendidikan.

B. Reformasi Pendidikan

Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan kebijakan institusional. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa karakteristik reformasi dalam suatu bidang tertentu yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan, adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun skala besar seperti negara sekalipun.

Reformasi pendidikan bisa dimulai dari pembaruan di bidang kurikulum, sebab kurikulum merupakan semacam satelit yang melacak dan memberi identitas edukatif bagi setiap siklus pendidikan. Secara pedagogis dan didaktis, tujuan kurikulum adalah untuk mempercantik busana kultural maupun formatif, entah itu melalui pengayaan berkesinambungan atas identitas intelektual anak didik mulai TK sampai perguruan tinggi, atau melalui penguatan otonomi pendidikan yang sifatnya subsidiaris, jauh dari sentralisasi edukatif, secara didaktis memberi otonomi pada anak didik sebagai agen yang belajar sesuai kapasitas dan kemampuannya.

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 menandai babak baru reformasi kurikulum di Indonesia. Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Pada lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 mei 2006, dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan (KTSP), (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

Salah satu antinomi pedagogi yang menjadi “penyakit kronis” pendidikan kita adalah ketegangan antara sistem kurikulum terpusat dan organisasi lokal di sekolah. Hadirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ingin menjembatani bipolarisasi antara kurikulum kuota nasional dan lokal. Karena itu, Peraturan menteri hanya mengatur Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) minimal, dan membiarkan Satuan Tingkat Pendidikan menentukan sendiri metodologi didaktisnya agar pembelajaran mencapai tujuan.

Reformasi pendidikan semestinya dimulai dari reformasi kurikulum, sebab kurikulum merupakan jembatan yang menjadi fondasi bangunan pendidikan. Karena itu, reformasi kurikulum seharusnya bersifat integratif yang mampu mengakomodasi dimensi konfliktual yang terjadi antara peserta didik sebagai agen pendidikan dan kebudayaan sebagai obyek pengetahuan. Selain itu, reformasi kurikulum semestinya mampu mengatasi ketimpangan antara pendekatan pusat dan pinggiran (baca, otonomi sekolah).

Reformasi kurikulum semestinya menjadikan kebijakan pemerintah semacam termostat yang menyeimbangkan visi pendekatan yang berpusat pada anak didik dan visi yang berpusat pada kebudayaan. Jadi ada semacam dialektika terus menerus antara bipolarisasi pendidikan dan penguatan otonomi sekolah dengan menjauhkan diri dari kecenderungan kurikulum yang hiperformal (semua diatur, direncanakan dan diprogramkan dari atas, sekolah tinggal mengikuti), atau hiperinformal (kurikulum menjadi cermin atas semua yang diputuskan sekolah). Permen No 22, 23, dan 24 tahun 2006 bisa menjadi reformasi kurikulum yang sebenarnya jika memerhatikan dimensi integralitas itu.

KTSP pada prinsipnya merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pilihan pada KBK dilandasi oleh kenyataan bahwa lulusan pendidikan dalam kenyataannya tidak menguasai kompetensi dasar yang seharusnya mereka kuasai. Hal ini berakibat pada sulitnya lulusan mengakses pasar kerja ataupun mengembangkan usaha sendiri. Kurikulum yang selama ini dijadikan rujukan pembelajaran cenderung menjadi statis, seragam dan kurang akomodatif terhadap perbedaan keberbakatan siswa dan perbedaan kebutuhan stakeholders.

15 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

DSP

DIGITAL SIGNALS PROSESSING

BAB I
PENDAHULUAN

Pengolahan sinyal telah digunakan dalam berbagai bidang. Pengolahan sinyal cenderung bergeser dari analog ke digital. Perkembangan teknologi mendorong pengolahan sinyal berkembang sangat pesat. Diktat ini secara keseluruhan memberikan landasan bagi mahasiswa untuk mengembangkan penerapan pengolahan sinyal sesuai minatnya. Pada Bab I ini akan dijelaskan konsep filter digital dan komponen-komponen dasarnya. Beberapa aplikasi filter juga dijelaskan secara singkat.
I.1 Konsep filter digital
Secara umum filter digital diartikan sebagai prosedur numeris atau algoritma yang mengubah runtun yang diberikan menjadi suatu runtun yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan seperti tanpa derau atau distorsi. Seperti gambar 1.1, masukan dilambangkan dengan {x(n) dan keluaran dilambangkan [y(n)}, dengan n adalah indeks. Indeks adalah bilangan bulat yang untuk bebrapa kasus dapat bernilai dari minus tak berhingga sampai plus tak berhingga
Sifat output tergantung pada aplikasinya. Contohnya pada seperti microphone maka output yang diinginkan adalah yang mempunyai interferens atau derau latar belakang yang kecil..,
gb1
Gambar 1.1 Filter digital yang mengubah runtun [x(n)] menjadi {y(n)}.
Pada aplikasi pengolahan suara maka filter digital dapat digunakan untuk mengurangi rendundansi sehingga proses tansmisi menjadi lebih efisien.
Runtun input dapat dibangkitkan dengan berbagai cara seperti yang ditunjukan gambar 1.2. Salah satu cara yang paling sering dugunakan adalah metode pencuplikan sinyal kontinyu dengan interval pencuplikan yang sama. Jika sinyal kontinyu dinyatakan dalam x(t), maka nilai sinyal diskrit dinyatakan dengan:
x(nT,)=x{t)/ t=nTs (1.1)
dengan T adalah periode sampling yang secara paktis harus lebih kecil minimal setengah kali dibandingkan dengan periode minimum sinyal yang dicuplik.. Pada aplikasi pengolahan gambar digunakan garis scanning untuk menghasilkan fungsi intensitas terhadap letak gambar yang dinyatakan dalam i(p). Fungsi intesitas ini dapat dicuplik untuk menghasilkan runtun diskrit:
i(nDs) = I (p)/ p=nDs (1.2)
dengan Ds adalah interval jarak pencuplikan.
Salah satu aplikasi umum filter digital adalah simulasi sistem fisik. Runtun masukan yang biasanya adalah runtun angka dibangkitkan oleh computer dan melambangkan sinyal eksitasi {e(n)}. Dalam kasus ini {e(n)} mewakili nilai sesat parameter fisis seperti tegangan, torsi, temperatur dan sebgainya. Runtun ini kemudian diproses untuk menentukan tanggapan sistem yang diwakili oleh {r(n)}
prosessinyal1
Gambar 1.2 Proses mendapatkan runtun diskrit

Untuk menyingkat penulisan maka x(nTs) ditulis x(n), i(nDs,) ditulis i(n).Runtun input juga dapat berasal dari kejadian yang semula sudah berbentuk diskrit seperti penjualan harian {m(n)}, atau ukuran berat badan seseorang dalam mingguan {w(n)}..
Penerapan filter digital tergantung pada jenis aplikasi dan lingkungan pengguna. Pada bidang pendidikan dan riset filter digital secara khusus diterapkan sebagai program komputer. Jenis computer yang digunakan berbagai macam seperti PC, minicomputer, mainframe.. Pada aplikasi industri dan instrumentasi komersial, program filter digital biasanya diterapkan dengan microcomputer yang dpat juga dipakai untuk pengendalian dan pengamatan. Untuk aplikasi kecepatan tinggi atau dalam kapasitas yang besar seperti pada industri otomotif maka filter digital dapat diterapkan dengan sejumlah chip rangkaian terpadu. Rangkaian tersebut menjalankan komputasi dan fungsi yang diperlukan filter digital. Fungsi-fungsi yang sering digunakan dalam filter digital akan dibahas berikut ini.
I.2 Komponen filter digital
Fiter digital tersusun atas tiga elemen sederhana: adder, multiplier dan delay seperti ditunjukan gambar 1.3. Penjumlah dan pengali telah banyak digunakan dalam bagian arithmetic logic unit (ALU) dalam komputer. Tunda waktu adalah komponen untuk dapat mengakses runtun yang telah lalu maupun yang akan datang. Panah kecil menunjukan arah aliran informasi.
Delay muncul dalam dua bentuk yaitupositif dan negatif. Delay positif atau dikenal lebih singkat sebagai delay diterapkan dengan register memory yang dapat menyimpan harga runtun untuk satu interval cuplikan sekarang yang mungkin digunakan untuk perhitungan selanjutnya.. Delay positif pada umumnya dilambangkan dengan kotak berisi huruf z-1. Delay negative atau lebih popular dengan advance atau tunda maju, digunakan untuk melihat harga berikutnya dari suatu runtun dilambangkan dengan kotak berisi z. Advance secara khusus dugunakan untuk aplikasi seperti pengolahan citra yang runtun datanya sudap tersedia pada saat awal pengolahan sehingga piranti tunda maju dapat menyediakan dample data yang selanjutnya pada runtun tersebut. Tunda membuat membuat analis filter digital menjadi lebih sederhana. Meskipun demikian tunda maju tidak selalu dapat diimplementasikan dlam beberapa aplikasi. Sebagai contuh ketika runtun data didapatkan dengan pencuplikan fungsi waktu, setiap cuplikan biasanya diproses saat diperoleh. Pada kasus ini tunda maju tidak dapat digunakan karena tidak bisa mendapatkan data yang akan datang.

4 Mei 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar